Selamat Datang di Website Pribadi Agussalim – Widyaiswara Kementerian Kelautan & Perikanan RI – Mobile Contact: 085242074257

Category: Berita

Pariwisata Bahari Di Kawasan Konservasi Perairan

Pariwisata bahari saat ini menjadi trend perbincangan peminat wisata terutama wisatawan yang cenderung destinasinya ke arah pesisir laut atau pulau. Indonesia selaku negara kepulauan memiliki banyak peluang untuk dikembangkan. Banyak daerah pesisir dan pulau yang potensial, terbentang dari Sabang sampai Merauke yang menunggu pengelolaan yang baik dan berkelanjutan. Terlebih lagi karena saat ini sektor maritim menjadi fokus pembangunan saat ini dan pariwisata dianggap mampu menyerap tenaga kerja dalam waktu cepat dan dalam jumlah besar. Hanya saja keterampilan pengelolaan yang masih minim menjadi kendala utama hampir setiap daerah sehingga potensi-potensi wisata tersebut masih belum memberi kontribusi pendapatan daerah yang optimal.

Proses berlatihMenindaklanjuti kondisi tersebut, Coral Triangle Center (CTC), yang merupakan NGO yang konsern pada pengembangan kapasitas SDM pengelola kawasan konservasi perairan khususnya di negara-negara CTI (The Coral Triangle Initiative), mengambil langkah konkrit dengan melaksanakan pelatihan Pariwisata Bahari Tingkat Operasional di Dalam Kawasan Konservasi Perairan. Pelatihan ini dilaksanakan di Sekolah Konservasi Wakatobi, Sulawesi Tenggara, sejak tanggal 16 sampai 20 Nopember 2015. Materi dalam pelatihan ini di antaranya menggali potensi wisata di daerah baik potensi sumberdaya alam, budaya maupun sosial. Selain itu ditekankan pula pentingnya pariwisata berkelanjutan dan ekowisata. Pelatihan ini membangun keterampilan mempromosikan wisata edukasi, serta pelanan wisata dan pemanduan. Keterampilan membuat tata laksana (kode etik) wisata untuk mengantisipasi dampak wisata juga dilatihkan. Pada bagian akhir pelatihan, peserta berlatih mengambil data pemantauan wisata dan menyusun laporan pemantauan, agar pengelolaan wisata dapat terus diperbaiki dari waktu ke waktu.

Bagi yang ingin tahu lebih detail materi pelatihan pariwisata ini dapat mendownloadnya dan menggunakan untuk kemajuan pengelolaan pariwisata bahari di daerah masing-masing. Bila membutuhkan pelatih untuk pengembangan kapasitas pengelola pariwisata bahari, Anda dapat menghubungi kontak yang tersedia pada web ini. Semoga bermanfaat.

  1. Kurikulum pelatihan pariwisata bahari
  2. Modul Pariwisata 1
  3. Modul Pariwisata 2
  4. Modul Pariwisata 3
  5. Modul Pariwisata 4
  6. Modul Pariwisata 5

Melihat Kearifan Konservasi di Haruku

Menanam mangrove di HarukuHaruku adalah salah satu pulau di Maluku Tengah yang terdiri atas beberapa desa/kampung, dan dihuni oleh dua komunitas agama yakni Muslim dan Kristen. Yang menarik di Haruku adalah adanya dewan adat yang dikenal dengan nama “Kewang”. Kewang mengawal pelaksanaan sasi dan sejumlah kegiatan adat lainnya di Haruku. Kewang dikepalai oleh seorang Kepala Kewang, dan menempati Rumah Kewang yang khas. Kepala Kewang di Haruku adalah Bapak Elly Kakisyina, seorang penggiat konservasi lingkungan berbasis budaya dan kearifan lokal Maluku. Beliau adalah seorang yang sangat dikenal di Maluku baik oleh praktisi akademik maupun pemerhati lingkungan. Berbagai kiprah beliau dituliskannya dalam sebuah buka berisi bait-bait pantun yang diberinya judul Kapata.

Bersama Bpk Eli KakisyinaMengunjungi Haruku tak jauh bedanya dengan studi banding konservasi, karena di Haruku terdapat kearifan lokal yang sangat terkenal yakni “Sasi Lompa”, yang dikenal masyarakat jauh sebelum instilah konservasi diperkenalkan oleh dunia pendidikan. Selain Sasi Lompa, Kepala Kewang Haruku juga aktif melakukan reboisasi mangrove pada wilayah pesisir Haruku, menangkarkan maleo dan membantu penetasan penyu serta membawanya ke laut. Kewang Haruku juga berfungsi melindungi hutan pada lahan atas, serta menjaga terumbu karang pada dasar perairan.

 

Pengambilan Data Bawah Laut di Karimunjawa

Karimunjawa merupakan pulau eksotis di perairan Jawa yang terletak di antara Pulau Jawa dan Kalimantan. Kepulauan Karimunjawa terdiri atas 27 pulau dengan 5 pulau yang berpenghuni. Sebagai wilayah kepulauan, Karimunjawa memiliki keindahan bawah laut yang sangat menawan. Perjalanan ke Karimunjawa bisa ditempuh dengan menggunakan kapal fery (ASDP) atau kapal penumpang tradisional atau dengan pesawat udara. PerjalanaKarimunjawa Google earth.jpgn dengan kapal fery adalah yang paling banyak digunakan masyarakat, yang naik dari Pelabuhan Fery Jepara, dengan waktu tempuh sekitar 5 jam perjalanan.

Karimunjawa yang konon asPesisir Karimunjawaal katanya adalah kremun-kremun atau samar-samar, merupakan sekumpulan pulau yang memang kelihatan samar dari perairan. Sesampai di pelabuhan Karimunjawa, mata kita kita akan disambut dengan pemandangan asri paduan hijaunya gunung dengan birunya laut serta kapal-kapal yang ramai bertambat. Bagi sebagian besar orang di Jawa Tengah, Karimunjawa merupakan daerah wisata sehingga orang yang berkunjung kesana cenderung dianggap punya keperluan utama untuk wisata atau piknik. Karimunjawa juga masih kental dengan tadisi dan budaya Islam peninggalan Sunan Muria. Hal itu terlihat pada kegiatan saat pernikahan, aksesoris Islami seperti tasbih, tongkat dari kayu Dewandaru (endemik Karimunjawa), suara azan dari mesjid-mesjid yang bersahut-sahutan saat waktu sholat, serta cerita-cerita rakyat yang ada pada masyarakat Karimunjawa.

Alun-alun Karimunjawa malam hariTerdapat pula alun-alun (lapangan) yang menjadi sentral kegiatan masyarakat Karimunjawa. Siang dan sore hari alun-alun tersebut menjadi tempat berolahraga, sore hari para penjual hasil laut seperti berbagai jenis ikan, cumi, udang, lobster, kepiting dan sebagainya mulai berjejeran di sepanjang pinggir alun-alun. Demikian halnya dengan penjual  pakaian dan aksesori ciri khas Karimunjawa yang mulai buka sejak jam empat sore hari. Para pengunjung Karimunjawa mulai ramai berdatangan ke alun-alun sejak sore hari, sambil berjalan-jalan memilih-milih ole-ole buat orang di rumah, mereka banyak yang memesan ikan bakar, atau es kelapa muda, bahkan ada juga kelapa bakar. Setelah pesanan mereka siap, lalu para pengunjung duduk di alun-alun menghadap meja setinggi 30 cm beralas terpal yang dihampar di atas rumput hijau alun-alun. Aktivitas itu berlangsung sampai sekitar jam 10 malam di setiap malam. Para pengunjung ramai berbaur, baik pengunjung domestik maupun mancanegara, berkumpul menikmati suasana santai dan nyaman di alun-alun Karimunjawa.

Bermain bersama ikan di Menjangan KecilHal yang paling istimewa di Karimunjawa adalah pemandangan lautnya yang sangat indah menawan. Keindahan itu terletak pada paduan gugusan pulau dengan pesisir yang berpasir putih, pohon-pohon cemara di pesisir, dan keanekaragaman karang yang sehat dengan kekayaan berbagai jenis ikan dan biota laut yang menjadi penghuninya. Jarak antar pulau-pulau yang berdekatan juga mendukung keindahan tersebut bisa dinikmati satu persatu. Karimunjawa juga terkenal dengan penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar. Keindahan Karimunjawa tidak bisa dilepas dari keindahan alam laut, sehingga mempertahankan eksistensi Karimunjawa adalah dengan mempertahankan kelangsungan hidup biota lautnya.

Para pengambil data bawah airSebuah even istimewa diselenggarakan oleh Coral Triangle Center (CTC), NGO yang mengurusi terumbu karang di Segitiga Karang Dunia, di Karimunjawa. Even tersebut adalah Uji Coba Pelatihan Pengambilan Data Biofisik Bawah Air. CTC merekrut peserta dari berbagai institusi di antaranya KP3K Pusat (Yusuf Ray), UPT KP3K di Pekanbaru (Yuwanda Ilham), Lampung (Ade), Banten (Pitro). Peserta juga ada yang berasal dari Balai Diklat Perikanan Tegal (Irwan Suneth) dan Ambon (Agussalim). Terdapat juga peserta dari universitas yakni Dosen dari Undip (Agus T) dan Udayana (Dodik). Peserta juga ada yang berasal dari pengelola Taman Nasional Karimunjawa (Endang Abdurrahman). Para pelatih adalah instruktur dari CTC yakni Andreas Muljadi dan Silvianita Timothius. Di tengah-tengah pelatihan berlangsung hadir pula Hesty Widodo yang merupakan salah seorang pejabat di jajaran CTC. Pelatihan ini juga terselenggara dengan baik berkat bantuan para mahasiswa selam dari Undip yakni Rizky, Andra, Ilham dan Yoel.

Mooring Buoy di Menjangan KecilPengambilan data biofisik bawah air dilakukan di beberapa tempat. Pengambilan data pertama di perairan Pulau Menjangan Kecil. Data yang diambil disana adalah data substrat (berbagai jenis karang), lamun dan ikan. Pengambilan data dilakukan dengan penyelaman dengan menggunakan metode PIT. Khusus untuk pengambilan data lamun digunakan metode quadrat transect. Dari hasil pengambilan data diperoleh keterangan bahwa kondisi biota perairan pada Menjangan Kecil cenderung masih sehat dan kondisi itu harus dipertahankan. Menjangan Kecil merupakan salah satu spot wisata Karimunjawa yang banyak didatangi pengunjung untuk menyelam atau sekedar snorkeling. Salah satu wujud pengelolaan wisata berkelanjutan disana adalah tersedianya mooring buoy (pelampung tambat) sehingga kapal-kapal pengunjung tidak menurunkan jangkar untuk berlabuh sehingga tidak merusak karang.

Pegambilan Data Bawah AirPengambilan data kedua dilakukan di sekitar terumbu karang Gosong Cemara di dekat Pulau Cemara Kecil, Karimunjawa. Di sini kapal terpaksa berlabuh jangkar karena belum adanya mooring buoy di sekitar tempat itu. Tidak adanya mooring buoy mungkin juga disebabkan karena tempat itu bukan merupakan pulau sehingga tidak terdapat daratan, hanya beberapa bongkahan batu karang yang menonjol ke permukaan saat air surut. Namun dari banyaknya pengunjung yang datang silih berganti maka sudah harus menjadi perhatian pengelola agar menempatkan mooring buoy sedikitnya 3 buah di tempat tersebut. Pengambilan data di tempat ini difokuskan pada data ikan dengan menggunakan PIT dan long swim sejauh 400 meter. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa 3 ikan indikator yakni parrotfish atau kakatua, kulit pasir dan beronang masih banyak terdapat di Gosong Cemara. Keberadaan 3 spesies indikator utama ini menunjukkan masih sehatnya kondisi perairan. Pada data juga terlihat adanya ikan kerapu, lencam, clownfish serta cumi. Terdapat pula COT yakni acantaster blanchii yang merupakan predator bagi karang sekitar dua spesies.

Hasil pengambilan  data kemudian diolah melalui program exel agar diperoleh informasi yang bisa menjadi rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh pengelola KKP yakni pemerintah Karimunjawa. Dari hasi pengolahan data diperoleh rekomendasi berupa perlunya pendidikan konservasi bagi masyarakat Karimunjawa terutama bagi tour guide, dive operator dan semua yang terlibat dalam pengelolaan wisata Karimunjawa. Rekomendasi lainnya yakni perlunya pemasangan mooring buoy di spot-spot wisata termasuk Gosong Cemara dalam jumlah yang memadai. Rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti juga adalah menetapkan persyaratan sertifikasi selam bagi pengunjung spot terumbu karang, minimal A1.

Team Pengambilan DataUjicoba pelatihan ini merupakan untuk yang pertama kalinya dilakukan oleh CTC. Hasil Ujicoba Pelatihan ini kemudian akan disampaikan kepada Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan untuk dinilai dan selanjutnya diadopsi agar diterapkan pada balai-balai diklat lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hal ini juga berarti bahwa ini merupakan kali pertama pendataan tentang kondisi daya dukung lingkungan yang dimiliki oleh Gosong Cemara dan bisa menjadi data dasar atau T0 untuk pengelolaan Gosong Cemara, dan menjadi acuan penilaian untuk monitoring dan evaluasi tentang kondisi Gosong Cemara. Dan mereka yang melakukan pengambilan data ini adalah Tim pertama yang melakukan pengambilan data bawah air di Karimunjawa. Harapan CTC dan para peserta, data ini bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan Karimunjawa, dan kegiatan ini menjadi role model pengambilan data bawah air di seluruh tanah air. Semoga.

Kontributor: Agussalim (Salah satu anggota Tim dalam kegiatan ini)

 

 

 

Bersama Suku Bajo-Wakatobi, Berlatih Menangani Ikan Kerapu Sunu Hidup

Penyerahan SertifikatWakatobi 10 Oktober 2014, Agussalim selaku supervisor pelatihan dari BPPP Ambon menghadiri pelaksanaan pelatihan di P2MKP Piyuka Setia Mandiri di Mola Utara. Dalam sambutannya pada pembukaan pelatihan dia mengajak masyarakat untuk melihat sisi positif pemerintah yang di antaranya terbukti melalui program kegiatan pengembangan kapasitas pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan pelatihan. Dia juga menambahkan pentingnya tiga hal utama dalam membangun kemajuan masyarakat yakni pendidikan/pelatihan, internet sebagai media komunikasi, dan jejaring kerja untuk meningkatkan potensi pendapatan. Menurut Agussalim, ketiga hal tersebut sangat penting menjadi perhatian masyarakat apalagi mengingat bahwa dalam waktu dekat mau tidak mau masayarakat harus beradaptasi dengan masyarakat ekonomi Asean atau MEA.

di KJA di MolaHj. Sitti Nurhayati atau akrab disapa Ibu Haji, selaku Ketua Pengelola P2MKP Piyuma Setia Mandiri Kabupaten Wakatobi menyatakan terimakasih yang dalam kepada BPPP Ambon yang memberikan perhatian kepada masyarakat Wakatobi dengan memfasilitasi pelaksanaan pelatihan di P2MKP Piyuma. Menurutnya alasan Piyuma berfokus pada penanganan ikan kerapu sunu adalah agar para nelayan paham dan mampu menerapkan pola penanganan yang standar sehingga produknya berupa ikan kerapu sunu hidup dapat diterima dipasar ekspor. Haji Nurhayati yang sudah 20 tahun membina nelayan juga memberi motivasi peserta bahwa dengan cara penanganan yang baik maka pendapatan masyarakat melalui kegiatan penangkapan ikan kerapu berpotensi membangun ekonomi masyarakat agar lebih meningkat.

Muhammad Nur dan Nanda yang bertindak selaku pelatih pada pelatihan ini memberikan materi seputar penanganan ikan kerapu sunu hidup berkualitas pemasaran. Dalam materinya mereka  menyampaikan tentang penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan berupa pancing, serta menghindari penangkapan yang merusak lingkungan seperti potasium, bom, kompressor dan alat lain yang merusak. Wawasan konservasi juga diberikan bagi peserta agar selain memburu keuntungan ekonomis mereka juga ingat untuk melestarikan lingkungan. Kegiatan praktek berupa penanganan ikan kerapu sunu hidup dilakukan di atas kapal dan di keramba jaring apung.

Foto bersama di KJASelain menjadi supervisor pelatihan, Agussalim juga memberikan materi suplemen buat peserta pelatihan berupa pemanfaatan internet untuk kewirausahaan perikanan. Dalam materi tersebut, dia menyampaikan bahwa saat ini setiap produk khas daerah bisa dipasarkan tidak saja di pasar lokal tetapi juga pasar luas melalui media online. Agussalim memacu semangat para nelayan untuk belajar internet yang bisa dilakukan melalui smartphone yang juga banyak dimiliki nelayan. Selain itu widyaiswara BPPP Ambon ini juga menyampaikan tentang pentingnya jiwa wirausaha dimiliki oleh setiap pelaku utama bidang perikanan, karena dengan pengetahuan wirausaha, maka produk yang dihasilkan oleh nelayan bisa dijual dengan nilai yang layak, selain itu pengetahuan wirausaha juga akan membangkitkan kreativitas dan inovasi usaha para nelayan untuk membuat diversifikasi produk hasil tangkapan atau budidaya mereka.

 

Kaligrafi Kulit Kerang Mutiara

Lengkapi keindahan rumah Anda dengan menempatkan hiasan kaligrafi di dinding rumah Anda. Kaligrafi tersebut berbahan dasar kulit kerang mutiara yang berkualitas tinggi dan awet (tidak lapuk). Kaligrafi tersebut dikerjakan dengan seni yang tinggi dan unik. Kehadirannya menambah kualitas keindahan pada rumah Anda. Silahkan menghubungi kami untuk pemesanan.

Kaligrafi Kulit Kerang mutiara

Agussalim 085242074257 (Ambon)

Rahmat 085243418685 (Makassar)

 

Training Internasional Penguasaan Kawasan Konservasi Perairan di Bali

Foto bersamaBali, 16 sampai 19 September 2014, berlangsung International Training Workshop on Marine Protected Area Governance yang diikuti oleh ratusan peserta dari lingkup Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan. Turut menjadi peserta adalah Agussalim bersama 9 orang lainnya dari BPPP Ambon termasuk Kepala BPPP Ambon, Mathius Tiku.

Training dan workshop dibuka secara resmi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo, didampingi oleh Kepala BPSDM KP Suseno Sukoyono, di Perikanan Samudera Besar (PSB) Benoa. Turut hadir dalam pembukaan beberapa perwakilan dari negara yang tergabung dalam The Coral Triangle Initiative (CTI) seperti Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Tema yang diusung adalah Blue Economy selaku Blue Solution dalam pembangunan kawasan konservasi perairan (KKP).

SAMSUNG CAMERA PICTURESKegiatan training dan workshop dilaksanakan di Inna Bali Beach Hotel yang berlokasi di Sanur. Training dan workshop ini menghadirkan pemateri dari berbagai negara yang menjadi anggota dari NGO seperti CTC, UNDP, IUCN, RARE, LMMA, NOOA, WWF, CI dan lainnya. Terdapat pemateri dari Vietnam yang mengsharingkan keberhasilan pengelolaan KKP/MPA Pulau Chang, Vietnam. Terdapat pemateri yang menceritakan keberhasilan pengelolaan KKP di Florida, Solomon Island, dll.

Workshop berisi kegiatan bagaimana mengidentifikasi berbgaai kegiatan yang bisa dikategorikan blue economy dan bagaimana menerapkan blue economy dalam pengelolaan KKP. Juga berisi kegiatan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk mampu mengelola kawasan KKP, serta bagaimana memperoleh pelatihan yang mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Workshop juga berisi bagaimana membangun building block untuk menguatkan pengelolaan KKP berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan seperti suara (legitimasi), kelayakan dan seterusnya.

SSAMSUNG CAMERA PICTURESebelum kegiatan kelas berlangsung, peserta terlebih dahulu menjalani field trip ke Nusa Penida teoatnya di Desa Jungut Batu Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.  Pada kegiatan ini peserta melihat kegiatan wisata di Nusa Lembongan, yang sangat ramai didatangi turis mancanegara baik Asia maupun Eropa. Peserta juga menyempatkan diri berdiskusi dengan pemerintah setempat tentang wisata dan kegiatan budidaya rumput laut di Jungut Batu. Selain itu para peserta juga melakukan wisata mangrove dengan menggunakan kano (perahu) yang memuat empat orang penumpang. Kegiatan terakhir dari field trip ini adalah melakukan penanaman mangrove di pesisir Nusa Lembongan.

Menjual Hiasan Kerang ke ka BDAKegiatan training dan workshop yang berlangsung selama empat hari ini dimanfaatkan oleh Agussalim untuk menjajagi pasaran kerajinan kulit erang mutiara selaku produk yang bernuansa blue economy (zero waste). Hasilnya adalah hiasan berbahan dasar kulit kerang mutiara hasil budidaya tersebut diserbu peserta. ada yang sekedar melihat dan mengagumi keindahannya, tetapi banyak pula yang berminat dan membelinya, yang bahkan ada yang harganya jutaan rupiah.

Membuat Bioreeftek Untuk Rehabilitasi Karang di Kepulauan Padaido Biak

Padaido Atas, Biak, 15 Agustus 2014, bersama-sama dengan penduduk Pulau Pasi dan Nyamsorem Distrik Aimando, Agussalim (widyaiswara BPPP Ambon) membuat bioreeftek untuk rehabilitasi karang di perairan selat Pasi. Bioreeftek yang terbuat dari rangka beton dan patok besi yang menjadi tempat bagi batok-batok kelapa (bio) tersebut dimaksudkan menjadi tempat tumbuhnya planula karang (reef) yang baru. Teknologi sederhana, murah dan mudah diduplikasi ini sangat disukai oleh masyarakat karena punya kesempatan berlatih membuatnya. Salah seorang peserta, Kepala Desa Pasi mengatakan, selama ini masyarakat tahunya hanya merusak karang, dengan pelatihan membuat bioreeftek ini masyarakat belajar menanam dan  menumbuhkan karang.

Foto Bersama Camat Aimando

Pelatihan Konservasi di School MPA Wakatobi Mendukung Blue Economy KKP

Selasa 13 Mei 2014, dalam kegiatan PelatihaMateri kelas oleh Agussalimn Konservasi (Perikanan Berkelanjutan) mendukung program Blue Economy Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dilaksanakan oleh BPPP Ambon, Agussalim membawakan materi-materi konservasi. Pelatihan yang rencananya berlangsung selama enam hari ini berisi materi-materi perikanan berkelanjutan. Agussalim membawa materi identifikasi dampak perikanan dan non perikanan, alat perikanan berkelanjutan, modivikasi alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, penataan kawasan dalam ruang dan waktu, dan penegakan aturan.

 

praktek buat biorefftekPelatihan ini berlangsung di Aula School Marine of Protected Area milik BPSDM-KP di Wakatobi. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Drs. H. Nadjib Prasyad, Kabag BAU STP R.M. Toni Kususmo, perwakilan CTC, Denny Boy Mochran, Kasubag TU BPPP Ambon Tedjasari Mahedar S.Sos, Pemerintah Kecamatan Wangi-wangi Selatan, para pelatih konservasi dari BPPP Ambon, panitia pelatihan dan peserta pelatihan sebanyak 30 orangada berlangsung pembukaan pelatihan Konservasi (Perikanan Berkelanjutan) mendukung program Blue Economy di Aula School Marine of Protected Area milik BPSDM-KP di Wakatobi. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Drs. H. Nadjib Prasyad, Kabag BAU STP R.M. Toni Kususmo, perwakilan CTC, Denny Boy Mochran, Kasubag TU BPPP Ambon Tedjasari Mahedar S.Sos, Pemerintah Kecamatan Wangi-wangi Selatan, para pelatih konservasi dari BPPP Ambon, panitia pelatihan dan peserta pelatihan sebanyak 30 orang.

Camera 360Kepala Dinas KP Kabupaten Wakatobi dalam sambutannya menyampaikan terima kasih yang sebsar-besarnya kepada BPPP Ambon yang telah berturut-turut mengalokasikan kegiatan di Wakatobi, karena BPSDM-KP dalam hal ini STP yang telah membangun sekolah konservasi internasional di Wakatobi yang kini menjadi kebanggaan masyarakat dan pemerintah Wakatobi. H. Nadjib Prasyad juga menyampaikan kepada peserta bahwa kekayaan Wakatobi yang terbesar saat ini adalah blue ocean (laut biru) dan terumbu karang, yang menjadi modal blue economy. Menurutnya pelatihan ini sangat relevan dengan program pembangunan Kabupaten Wakatobi tentang Perikanan Berkelanjutan. Laut biru butuh pengelolaan yang tepat agar masyarakat Wakatobi bisa hidup dengan lebih baik. Menurut H. Nadjib pengunjung Wakatobi cenderung meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2008, yang ditandai dengan banyaknya maskapai penerbangan yang masuk di Wakatobi dan bertumbuhnya industri perhotelan. Kepala Dinas KP berpesan kepada peserta bahwa jualan utama masyarakat Wakatobi selain wisata adalah ikan segar yang hanya bisa terjaga keberadaannya jika masyarakat bekerjasama menjaga kekayaan laut Wakatobi.

Pada Pelatihan ini para peserta juga dibekali dengan kemampuan membuat perangkat perikanan berkelanjutan yang sederhana yaitu biorefftek atau teknologi pengembangan terumbu karang dengan menggunakan elemen dari mahluk hidup yaitu batok kelapa. teknologo sederhana ini setelah diteliti ternyata sangat baik untuk membantu pertumuhan karang-karang yang baru. selain itu biorefftek ini juga efektif dan ekonomis serta mudah membuatnya sehingga masyarakat bisa membuatnya sendiri. beberapa penelitian memperlihatkan bahwa karang sudah tumbuh pada substrat batok kelapa pada biorefftek dalam waktu sekitar 4 atau 5 bulan sejak biorefftek diturunkan di perairan yang subur untuk terumbu karang.

Praktek Lapang Pascasarjana Unpatti di Raja Ampat

Diatas KarstRaja Ampat, Pebruari 2014, menjadi lokasi praktek lapang bagi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Pattimura. Pada kegiatan praktek lapang ini, salah satu mahasiswa Pasca Unpatti yang ikut adalah Agussalim. Kegiatan praktek meliputi pendataan berbagai hal terkait konservasi dan tata ruang lokasi (Waiwou) terkait dengan peruntukan wilayah tersebut untuk pariwisata bahari. Dalam rangkaian praktek lapang ini terdapat pemaparan materi oleh beberapa NGO seperti CI (Conservation International) yang dibawakan oleh Meity, Papua Diving yang disampaikan oleh Mark Ammer (tokoh yang mempopulerkan Raja Ampat ke dunia), juga materi dari Kadis Pariwisata Raja Ampat, serta Kadis Perhubungan Raja Ampat (fasilitator praktek).

Camera 360Rangkaian praktek lapang juga berisi kunjungan ke spot wisata Pianemo (Wayag dua) yang keindahannya tak terlupakan. di Pianemo, terdapat karst (dinding karang) yang sangat indah, terdapat pula batu pensil (ada pula yang mengatakan batu penis), dan beberapa pulau gunung batu yang bisa didaki dan melakukan foto di atasnya.

EAFM Pertama di Dunia (Penetapan SK3 EAFM)

Senin, 17 Maret 2014, WWF bersama Direktorat SDI Dirjen Perikanan Tangkap KKP-RI mengundang para stakeholder perikanan untuk Workshop Penetapan Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM). Pertemuan ini dihadiri bukan hanya perwakilan Dinas Perikanan di Indonesia tetapi juga praktisi akademik dari berbagai perguruan tinggi, NGO, perusahaan perikanan, berbagai lembaga dan yayasan pemerhati perikanan dan juga dari Balai Diklat Perikanan Ambon (Agussalim).Workshop SK3 EAFM

Sambutan pertama dari Direktur CTI WWF Indonesia disampaikan oleh Imam Mustofa. Dalam sambutannya menyampaikan pengelolaan perikanan tidaklah mudah tetapi jika semua pihak bisa bekerjasama maka akan lebih mudah. Dia juga menyampaikan terimakasih atas kehadiran undangan, dan memohon maaf jika terdapat kekurangan. Pada kesempatan yang sama, Bambang Murtiyoso mewakili Ketua Komite Standar Kompetensi Bidang Kelautan Perikanan (Ir. Balok Budiyanto/Kapuslat KP), menyampaikan harapan bahwa dengan pelaksanaan workshop ini dapat menetapkan SK3 EAFM untuk menjadi standar kompetensi kerja SDM dalam lingkup Kelautan dan Perikanan dan kalau bisa didorong untuk mendapat pengakuan internasional.

Direktur Sumberdaya Ikan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap RI, Toni Ruchimat, dalam sambutannya selaku Ketua Working Group EAFM 2014 menyampaikan bahwa sejak tahun 2009 Working Group EAFM telah terbentuk bersamaan dengan beberapa working group lainnya di lingkup CTI. Sejak Oktober 2013 Indonesia telah ditunjuk menjadi menjadi ketua Working Group CTC, selaku penghargaan terhadap advancenya upaya Indonesia melalui EAFMnya. Tinggal bagaimana kita mengimplementasikan EAFM di lapangan, apalagi mengingat domain-domain EAFM cukup banyak. Menurut Toni, ke depan kami akan mendorong EAFM bukan hanya diputuskan oleh Dirjen tetapi menjadi Peraturan Menteri. Akan ada 3 kebutuhan keahlian pada pengelolaan perikanan yakni perencana pengelolaan, pelaksana pengelolaan, dan evaluator pengelolaan perikanan, sehingga dengan penetapan SK3 EAFM akan mendukung kebutuhan keahlian pengelolaan perikanan, dan juga menjadi media jenjang karir pejabat KP yang menjadi pengelola perikanan.

Sambutan Ka Badan SDM KPWorkshop ini dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Dr. Suseno. Dalam arahannya Suseno memulai dengan menyampaikan penghargaan kepada segenap pihak yang telah berupaya menyukseskan acara workshop ini. Pertemuan ini sesuai dengan SK No.17 Thn 2013 yang mengamanatkan adanya Tim Kompetensi Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya menurut Suseno, kita menyiapkan sesuatu yang orang lain belum siapkan maka kita membuat sejarah, penetapan SK3 ini adalah baru pertama di dunia maka kita bagian dari sejarah. Workshop penetapan SK3 EAFM hari ini adalah konvensi yang untuk pertama kalinya di dunia. Ecosystem Approach dilauncing tahun 1980 dan 12 tahun kemudian baru diterima (1992) di Rio pada acara Earth Summit. Suseno menceritakan tentang pertemuan World Ocean Summit di San Fransisco yang dihadiri oleh para presiden dan pangeran di dunia termasuk Pangeran Charles. Kata Susesno, dalam pertemuan itu, John Carry (Menlu AS) dalam sambutannya menyampaikan bahwa kita harus memadukan antara ekonomi dan keberlanjutan. Selanjutnya Suseno menyampaikan bahwa dunia luar lebih tau tentang laut kita daripada kita sendiri, NOOA punya teknologi yang mengetahui laut Arafura jauh lebih detail daripada kita, karena itu kita harus bangun dari tidur. Suseno juga menyampaikan agar kita mau menyampaikan ke dunia luar tentang apa yang kita lakukan (profiling) karena dunia luar ternyata apresiatif terhadap upaya positif yang dilakukan di Indonesia. Pada bagian penutup sambutannya Suseno mengatakan bahwa  tidak ada sehelai daun pun yang jatuh di bumi tanpa seizinNya, demikian pula pertemuan dalam workshop ini maka lakukan yang sesuatu yang berarti.