Selamat Datang di Website Pribadi Agussalim – Widyaiswara Kementerian Kelautan & Perikanan RI – Mobile Contact: 085242074257

Menggalakkan Gerakan Konservasi di Kawasan Timur Indonesia

Membuat Bioreeftek di SananaKonservasi adalah upaya perlindungan sumberdaya alam agar lestari dan berkelanjutan. Konservasi perairan bertujuan agar sumberdaya alam perairan (laut, pesisir dan pulau-pulau kecil) lestari dan dapat memberikan manfaatnya secaraberkelanjutan bagi masyarakat dan bangsa. Konservasi perairan mulai banyak digalakkan di tanah air menyusul banyaknya kerusakan di wilayah pesisir dan laut di tanah air, yang terjadi akibat pengelolaan yang kurang tepat. Untuk kawasan timur Indonesia sendiri dampak kerusakan akibat berbagai aktivitas di pesisir dan laut masih tergolong sedang dan belum terlambat untuk diselamatkan agar sumberdaya kembali pulih dan memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan. Hal ini mendasari keinginan yang kuat dari Tim Pelatih Konservasi Perairan BPPP Ambon untuk melakukan pengembangan kapasitas masyarakat agar secara aktif dan kolektif melakukan upaya konservasi atas sumberdaya pesisir yang mereka miliki.

Kawasan timur Indonesia terkenal dengan wilayah perairan laut yang luas dengan pulau-pulau kecil dalam jumlah ribuan. Hal ini menunjukkan luasnya wilayah pesisir dan laut di kawasan timur indonesia, serta menjadi daerah yang dominan dihuni oleh penduduk. Di samping itu, kondisi masyarakat pesisir yang masih minim pengetahuan dan taraf ekonomi yang rendah, menyebabkan eksploitasi sumberdaya pesisir dan laut secara serampangan berpotensi membawa dampak kerusakan pada sumberdaya perairan. Sebelum hal tersebit terjadi terlalu jauh, maka penyadaran masyarakat akan pentingnya wawasan konservasi dalam pengelolaan sumberdaya adalah sesuatu yang urgen dilakukan saat ini.

Praktek Bioreeftek di Pantai Dullah LautAgussalim sebagai bagian integral dari Tim Pelatih Konservasi BPPP Ambon bersama-sama dengan timnya terus melakukan upaya peningkatan kapasitas masyarakat pesisir dan pulau-pulau di kawasan timur indonesia. Pelatihan Perikanan Berkelanjutan adalah salah satu jenis peningkatan kapasitas yang dilakukan olehnya. Di dalam pelatihan tersebut, masyarakat dilatih mengidentifikasi pergeseran base line sumberdaya pesisir serta penyebab pergeseran tersebut. Masyarakat dilatih untuk peka mengenali mana kegiatan yang berdampak merusak sumberdaya pesisir dan laut, baik itu kegiatan yang sifatnya perikanan maupun kegiatan non-perikanan. Masyarakat juga dilatih membangun strategi pengelolaan agar perikanan berkelanjutan dengan menghindari upaya penangkapan ikan yang merusak, baik alatnya atau pun caranya. Alat penangkapan ikan yang merusak misalnya pukat harimau, jaring bermata 1 inci dan sejenisnya, sedangkan cara penangkapan ikan yang merusak seperti bameti (ketika mencungkil karang), balobeh (jika menginjak karang) dan sejenisnya. Ada pula jenis kegiatan yang tujuannya perikanan tetapi baik alat maupun caranya sama-sama merusak yaitu menggunakan bom, potas, bore, tuba, akar bahar dan sejenisnya.

Sepanjang tahun 2014 hingga akhir 2015, berbagai daerah pesisir di kawasan timur indonesia telah menjadi bagian upaya konservasi perairan. Mulai dari Wakatobi dan Kolaka di Sulawesi Tenggara, sampai di pulau-pulau terluar Biak, bahkan sampai di daerah perbatasan dengan Papua Nugini di Skouw Tiga Kampung, Kota Jayapura-Papua. Di Maluku sendiri masyarakat yang sudah dilatih tersebar di berbagai daerah di antaranya Dullah Laut Kota Tual, Dobo-Kepulauan Aru, Pulau Haruku Maluku Tengah, Kawa-SBB, Jikumerasa-Pulau Buru, dan Kota Ambon. Di Papua Barat, pelatihan yang sama dilakukan di Kota Manokwari dan Raja Ampat. Di Maluku Utara, pelatihan Perikanan Berkelanjutan dilaksanakan di Sanana Kepulauan Sula.

Penurunan Bioreeftek di HarukuSepanjang kegiatan pelatihan di lima provinsi tersebut diperoleh data berbagai pergeseran sumberdaya (shifting base line) dan berbagai aktivitas yang menjadi penyebab pergeseran tersebut. Kerusakan pesisir berupa penurunan drastis pada vegetasi mangrove di lokasi pelatihan pada umumnya disebabkan oleh penebangan pohon mangrove untuk tujuan bahan kayu bakar dan bangunan rumah. Penurunan populasi penyu yang di beberapa tempat sampai pada tingkat ekstrim disebabkan oleh penangkapan penyu dan telurnya untuk tujuan dijual dan konsumsi. Kerusakan karang umunya disebabkan oleh pengeboman ikan, dan sebagian disebabkan oleh penambangan karang serta kegiatan balobe dan bameti. Selain rusaknya berbagi jenis sumberdaya, perubahan lainnya yang teridentifikasi di antaranya adanya sedimentasi oleh limbah dari aliran sungai, bahkan ada yang berupa limbah tambang yang sangat merusak seperti yang terjadi di Hakatutobu, Kolaka. Pergeseran base line yang lainnya adalah terjadinya perubahan jarak tangkap atau atau fishing ground para nelayan menjadi semakin jauh. Hal ini dikenal dengan istilah range collapse.  Dampak lain yang teridentifikasi adalah punahnya atau berkurangnya populasi beberapa jenis spesies tumbuhan maupun hewan perairan seperti triton, kima, bambu laut, ikan napoleon, pari, dan beberapa jenis ikan lainnya.

Sampah yang dibuang di banyak tempat di pesisir secara tidak teratur ikut memberi andil yang besar terhadap kerusakan sumberdaya pesisir. Sebagian sampah susah diurai sehingga mengganggu kehidupan karang dan biota perairan. Sampah juga menyebabkan sedimentasi perairan sehingga menurunkan kesuburan dan produktivitas perairan. Aktivitas yang banyak dilakukan di pesisir juga adalah penambangan pasir untuk membangun rumah dan bangunan lain oleh masyarakat pesisir. Bahkan di beberapa tempat pasir menjadi barang yang diperjualbelikan sehingga diekploitasi secara terus menerus. Kondisi ini menyebabkan abrasi pantai dan tumbangnya pohon-pohon pantai dalam jumlah yang banyak. Bahkan sebagian rumah penduduk di pesisir Wangel rubuh tertimpa gelombang laut disebabkan karena permukaan pasir di pantainya berkurang sampai kedalaman sekitar 2 meter lebih.

menggali kebutuhan masyarakatBerbagai hal di atas adalah kondisi yang ditemui di lapangan dan diperoleh datanya melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta pelatihan Konservasi bersama para pelatih. Pelatihan juga berisi simulasi tragedy of the common sebagai akibat dari sistem pengelolaan common property dan open acces sumberdaya perikanan. Simulai ini menggambarkan bahwa motif ekonomi menjadi alasan eksploitasi sumberdaya sampai kepada perebutan sumberdaya oleh masyarakat. Pelatihan juga merangsang peserta untuk mengidentifikasi alat tangkap ikan dan cara penangkapan ikan yang merusak lalu merubahnya menjadi penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

Bagian penting dalam pelatihan Konservasi Perikanan Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Agussalim dan Tim Pelatih dari BPPP Ambon adalah peserta berlatih membuat media tumbuh terumbu karang berupa blok beton yang di atasnya bersusun tempurung kelapa yang berisi campuran semen dan pasir. Media ini dikenal dengan istilah bioreeftek. Bioreeftek dipersiapkan menjadi media tempat menempelnya planula karang yang akan tumbuh menjadi terumbu karang yang baru dalam kurun waktu lebih dari 1,5 tahun. Media ini efektif untuk merehabilitasi terumbu karang yang rusak, dan efisien diduplikasi oleh masyarakat karena membutuhkan sumberdaya yang murah dan mudah diperoleh di mana saja. Bioreeftek sekaligus menjadi tempat bermainnya ikan-ikan mengingat strukturnya yang memiliki sekat-sekat seperti labirin yang bisa ditempati bermain ikan.

Dalam upaya meningkatkan berbagai pengetahuan tentang konservasi untuk disampaikan ke masyarakat, maka selaku pelatih Agussalim senantiasa berusaha meningkatkan kapasitas pribadinya melalui berbagai pelatihan baik pelatihan maupun Training of Trainer (ToT). Pelatihan yang dia ikuti sepanjang tahun 2014-2015 antara lain: pelatihan pemantauan biofisik bawah air, ToT pelatihan pemantauan biofisik Kawasan Konservasi Perairan (KKP), Scuba Diving, ToT Pariwisata Bahari di KKP, International Training MPAG (Marine Protected Area Governance), Penataan Ruang dan Jejaring KKP, Workshop Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM), Sustainable Tourism, Pemantauan Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Pengelola KKP, dan Assesor Kompetensi Konservasi.

?????????????

Berbagai tanggapan dan ungkapan terima kasih dari masyarakat yang menjadi peserta pelatihan tak terhitung jumlahnya. Masayarakat selalu dengan kesan mendalam melepas kepulangan Tim Pelatih BPPP Ambon di setiap selesai kegiatan pelatihan. Di antara masyarakat tersebut ada yang berterimakasih dan mengatakan bahwa selama ini kami hanya tau merusak karang, tetapi kini kita bisa buat bioreeftek sendiri untuk menumbuhkan karang kita (pernyataan dari Kepala Desa Pasi di Padaido-Biak). Ada pula yang menyayangkan pengetahuan konservasi ini terlambat mereka ketahui, sehingga lingkungan mereka keburu rusak sebelum mereka sadar aktivitas apa saja yang merusak lingkungan. Masyarakat pada umumnya bertekad akan menjadi pelopor dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir dan laut. Agussalim juga pernah diundang menjadi pelatih konservasi pada pelatihan yang dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Biak, karena tahun sebelumnya telah melatih masyarakat di Biak untuk pelatihan yang sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *