Selamat Datang di Website Pribadi Agussalim – Widyaiswara Kementerian Kelautan & Perikanan RI – Mobile Contact: 085242074257

Cara Mudah Ber-karya Tulis

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, maka ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” demikian kalimat Pramudia Ananta Toer (1925-2006) dalam bukunya Bumi Manusia. Pernyataan itu tidak berlebihan dan demikian adanya, terbukti Anda tidak akan kenal Pramudia kecuali melalui tulisannya. Demikian halnya pahlawan wanita kita yang terkenal Kartini, yang menjadi inspirasi bukan hanya bagi kaum hawa tetapi juga kaum pria, atas bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang konon judul aslinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya’. Kita tau pahlawan wanita kita bukan beliau seorang, bahkan banyak yang lebih heroik, tetapi poinnya adalah Kartini punya artefak, yakni tulisan beliau.

Setiap pribadi juga tentu memiliki sebuah pengalaman dan kreasi untuk kehidupan, yang membuatnya merasa berharga. Jika karya dan pengalaman tersebut berlalu begitu saja dan tidak dituliskan maka, tidak akan memberi efek untuk orang lain bahkan untuk generasinya sendiri. Kita bisa berkaca pada bangsa yang sudah memiliki peradaban maju sejak dahulu, itu karena mereka menuliskan tentang apa yang mereka alami dan apa yang mereka pikirkan, yang kita kenal dengan nama artefak.

Mengapa orang pada umumnya tidak menuliskan apa yang seharusnya mereka tulis? Tentu banyak alasan yang mendasarinya, yang jika kita reduksi sebagian akan berujung pada alasan tidak biasa. Karena tidak terbiasa menulis sehingga semua tidak tertulis. Untuk kita generasi kekinian, tentu saja tidak pas jika mereplikasi alasan seperti itu, karena perbedaan zaman yang amat jauh. Segala kemudahan ada pada zaman ini. Demikian halnya jika ingin menulis dan tulisannya bisa tersebar dengan cepat, ada banyak cara yang bisa ditempuh. Jadi alasan tidak terbiasa menulis, harusnya tidak lagi menghalangi kita untuk menulis. Oleh karenanya, izinkan saya berbagi tips sederhana bagaimana cara agar bisa terbiasa menulis.

1. Jangan menuntut sempurna di awal

Bagi kaum intelektual, dikenal istilah ilmiah atau memenuhi kaidah logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik atau ilmiah. Kata ilmiah seringkali menjadi ukuran kesempurnaan sebuah tulisan, dan kerap justru menjadi hambatan seseorang untuk menulis. Kata ilmiah begitu sampai di otak akan ditafsirkan sebagai sesuatu yang sulit dan terikat dengan berbagai aturan. Sehingga karya tulis ilmiah seringkali hanya dikerjakan karena sebuah keharusan, misalnya menjadi tugas pada jenjang pendidikan atau syarat kenaikan jabatan tertentu bagi ASN.

Agar bisa menulis karya tulis ilmiah sekalipun maka sebaiknya seseorang melepaskan kesan ilmiah dan kesempurnaan pada pikirannya. Ibarat seseorang yang akan berjalan di jalan raya maka yang pertama terpikirkan harusnya adalah ke mana tujuan perjalanannya, adapun ilmiah adalah rambu-rambu jalan, sehingga jika hanya memikirkan rambu-rambunya maka perjalanan tersebut akan lambat dan justru bisa jadi dibatalkan karena takut akan melanggar rambu atau tertangkap polisi karena sebuah pelanggaran. Padahal jika berpikir mudahnya, kaidah ilmiah bisa dibantu oleh reviewer jika tulisan itu akan masuk ke jurnal dan sebagainya. Selain itu, jika khawatir melanggar kaidah ilmiah maka seseorang bisa meminta bantuan orang lain untuk melihat keterpenuhian aspek ilmiah tersebut, saat tulisannya telah selesai. Intinya kerjakan saja dulu dan jangan terhambat oleh sesuatu apa pun.

2. Berlatih sepuluh hari

Dalam sebuah pertemuan tentang menulis, saya menangkap sebuah pesan penting bahwa untuk bisa menulis, maka berusahalah menulis selama sepuluh hari berturut turut tanpa peduli sebagus apa tulisan Anda, dan tidak perlu berpikir tema apa yang sesuai. Menulislah secara konsisten selama sepuluh hari dengan isi tulisan tentang apa pun yang sedang Anda pikirkan atau terbersit saat Anda akan mulai menulis.

Saya berpikir dengan menulis salama sepuluh hari, itu akan melatih otak untuk merangai kata dan menulis. Selain itu tulisan yang beragam itu akan memperlihatkan kepada diri Anda sendiri jenis tulisan apa yang Anda sukai, yang terlihat dari dominasi jenis tulisan yang muncul. Mungkin Anda seorang yang suka menulis hal-hal yang religius, atau hal yang lucu, seram, sedih dan sebagainya. Atau mungkin Anda berbakat jadi cerpenis atau novelis. Anda mugkin tidak akan yakin dengan passion Anda sebelum berusaha secara konsisten menulis selama sepuluh hari.

3. Jangan melihat ke atas

Ini adalah bagian yang cukup sulit saat kita memulai menulis. Sering kita melihat atau mendengar cerita seorang penulis, yang membuang banyak kertas karena tulisannya yang dianggapnya tidak menarik, yang diganti dengan tulisan baru, hingga akhirya menemukan tulisan yang menurutnya menarik. JIka itu terjadi pada kita yang tidak terbiasa menulis, kemungkinan kita akan menyerah sebelum menemukan tulisan yang benar-benar menarik menurut kita. Sehingga strateginya menurut seorang pelatih pada sebuah pelatihan menulis yag saya pernah ikuti, “jangan melihat ke atas”. Arti kalimat itu sederhana, jangan pernah melihat apa yang Anda tulis sebelum seluruh ide yang ingin Anda tuangkan telah keluar dari otak Anda dan menjadi sebuah tulisan. Bahkan untuk memperbaiki penulisan atau pengetikan huruf yang salan sekali pun. Mengapa demikian? Karena Anda akan cenderung berhenti menulis dan ide-ide akan terhenti alirannya saat kembali melihat apa yang telah ditulis. Keluarkan saja seluruh ide dalam kata dan kalimat yang ingin keluar dari kepala  ke lembaran-lembaran tulisan, sampai akhirnya terasa tidak tersisa, atau dianggap cukup.

Lalu kapan kita melihat tulisan tersebut? Yakni saat tulisan telah selesai dan Anda akan melakukan editing pada tulisan. Saat itulah Anda memperbaiki susunan kalimat, kata atau huruf yang kurang sesuai. Biarkan tulisan itu utuh terlebih dahulu, lalu kemudian dirapihkan. Tentu saja kerapihan dan kehalusan sebuah karya tulis juga dipengaruhi oleh jam terbang atau jam berlatih. Bukan sebuah masalah, yang pasti ide Anda telah bertransformasi menjadi sebuah tulisan, sebuah karya dan sebuah artefak.

4. Tahapan Menuls Ilmiah

Setelah memperhatikan dan menerapkan beberapa poin di atas, maka mulailah memperhatikan penulisan ilmiah. Untuk membantu Anda yang belum berpengalaman, agar bisa menulis ilmiah, uraian berikut mungkin berguna. Pertama, tentukan tema. Tema sebaiknya singkat, padat, jelas dan menarik. Selain itu tema juga sebaiknya up to date, menjadi isu kontemporer atau sedang menjadi phenomena. Misalnya tentang sampah, tema ini menarik dan kekinian. Banyak tema lain yang bisa Anda ambil sesuai dengan apa pun yang ingin Anda tuliskan, terlepas latar belakang keilmuan Anda sesuai atau tidak sama sekali. Kedua, persempit tema. Gunakan model paragraph induktif atau dari umum ke khusus. Contoh tentang sampah yang masih terlalu umum, persempit menjadi pegelolaan sampah. Ketiga, tentukan judul. Untuk judul yang baik sebaiknya singkat dan menarik. Anda bisa berimprovisasi tentang judul yang akan Anda angkat, bergantung ada tujuan penulisan. Bahkan sebenarnya judul Anda bisa saja berubah pada saat tulisan Anda telah selesai.

Tahapan keempat, buat perencanaan. Pada tahap perencanaan, gunakan teknik mind maping atau pemetaan pikiran. Pada saat berpikir tentang pengelolaan sampah, maka terbayang banyaknya percabangan dalam pemikiran kita. Pada satu sudut kita terpikir tentang pola pengelolaan tradisional dan pengelolaan modern, di sudut lain terpikir bahwa sampah itu banyak jenisnya, dan pada sudut yang lain lagi tergambar bahwa sampah ada yang bisa dimanfaatkan kembali dengan daur ulang (recycle) atau dengan penggunaan ulang (reuse). Pada saat memetakan pikiran, poin poin yang tidak ingin dibahas dalam tulisan bisa direduksi, serta menggaris bawahi poin inti yang ingin dimunculkan. Selain itu peta pikiran juga menunjukkan kepada Anda bagian mana yang akan menjadi cabang dan mana yang hanya ranting atau sub bagian pada tulisan.

Tahapan kelima, buat kerangka tulisan. Segera setelah Anda memetakan pikiran, akan tergambar dengan jelas bagian mana yang akan menjadi bagian besar dan sub bagian kecilnya. Ini membantu Anda membuat kerangka tulisan yang akan menunjukkan mana yang menjadi bab dan sub bab, serta mana yang akan dikedepankan dan yang mana yang akan dibahas kemudian. Misalkan tulisan tentang pengelolaan sampah, maka bisa jadi akan tersusun atas kerangka: pendahuluan, jenis-jenis sampah, model pengelolaan sampah, penerima manfaat pengelolaan sampah, best practice pengelolaan sampah, dan seterusnya hingga daftar pustaka.

Satu hal yang jangan dilupakan agar tulisan dibaca orang, yakni segitiga konsistensi harus menjadi bagian pengikat dari tulisan tersebut. Apa itu Segitiga Konsistensi dalam penulisan? Yakni masalah-tujuan-kesimpulan harus konsisten. Jika di awal mengangkat tentang masalah pengelolaan sampah basah, maka tujuan yang ingin dicapai adalah agar sampah basah bisa dikelola, dan kesimpulannya adalah tentang cara mengelola sampah basah. Di luar poin yang dibahas tersebut sifatnya hanya informasi pendukung dan tidak menjadi bagian pembahasan yang yang dominan.

Ada banyak hal bermanfaat untuk kita bagi dengan orang lain yang mungkin akan sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka, ketika Anda menuliskan hal tersebut agar bisa dibaca oleh orang lain. Saya berharap kata ilmiah menjadi alat bantu untuk meningkatkan kualitas tulisan dan menjadi daya tarik tulisan, dan bukan menjadi penghambat untuk berbagi pengetahuan. Selamat berkarya, semoga karya Anda menjadi jembatan kebaikan bagi sesama dan kebaikannya akan kembali ke Anda pribadi.

 

Agussalim, Trainer pada Kementerian Kelautan dan Perikanan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *